ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

10 Hal Seputar Peringatan Hari Pahlawan 10 November (Bagian I)

10/11/2023

0 Comments

 
Bahwa 10 November setiap tahun ialah peringatan Hari Pahlawan rasanya suatu pengetahuan umum yang dipahami secara luas orang-orang Indonesia. Begitu pula halnya perihal penetapan 10 November sebagai Hari Pahlawan yang didasarkan kepada tanggal pecahnya pertempuran hebat antara di Surabaya pada 1945, yakni antara tentara dan pejuang Indonesia melawan para tentara Inggris.
Namun, seputar Hari Pahlawan maupun istilah Pahlawan, rasanya ada juga sejumlah hal lain lagi yang dapat diulas. Berikut adalah 5 hal sebagai gelombang pertamanya:
Picture
1.Pertempuran Surabaya tidak cuma berlangsung pada 10 November 1945
Pertempuran pihak Indonesia melawan pihak Inggris di Surabaya pada 1945 terbagi menjadi dua bagian. Pertama terjadi 28-30 Oktober 1945, sekitar 6.000 tentara Inggris dikepung gabungan 10-20  ribu tentara Indonesia serta 70-140 ribu massa rakyat. Kedua terjadi 10-29 November 1945 ketika Inggris telah melipatkan kekuatannya menjadi sekitar 30.000 tentara, yang didukung sekitar 48 tank, 24 pesawat terbang aneka tipe, juga 5 kapal perang.
Pihak Indonesia melawan sengit serbuan Inggris, tapi kehilangan sekitar separo kota jatuh ke pihak Inggris pada sekitar 13 November, lalu terbilang terjinakkan perlawannya pada 29 November.
Antara lain merujuk data yang dibagi oleh MC Ricklefs dan Adrian Vicers, korban dan kerugian di Indonesia meliputi gugurnya 6.300-15.000 orang, 20.000 orang luka dan cedera, juga 200.000 orang harus mengungsi. 
 
2.Pihak Indonesia dalam Pertempuran Surabay tidak hanya bersenjata bambu runcing, tapi sebenarnya punya juga puluhan ribu senjata moderen
Tentara dan pejuang Indonesia di Surabaya pada sekitar Oktober-November 1945 sebenarnya sempat memiliki stok persenjataan moderen hasil rampasan Jepang yang tidak sedikit. Merujuk data yang dibagi oleh Des Alwi dan Rosihan Anwar, stok senjata rampasan dari Jepang itu meliputi belasan ribu hingga 37 ribu senjata api ringan hingga berat (bedil, karabin, pistol, senapan mesin, mortir, dan meriam) berikut amunisinya, sekitar 40 tank mini dan kendaraan lapis baja lainnya, juga 5 pesawat terbang. Problemnya, senjata tersebut masih belum cukup untuk memerlengkapi  tentara dan pejuang Indonesia di Surabaya yang jumlahnya sampai sekitar 120 ribu orang. Tentara dan pejuang Indonesia masih banyak yang belum dapat, apa lagi mahir, dalam mengoperasikan senjata-senjata tadi. Contohnya untuk mengoperasikan salah satu meriam mesti menunggu tim yang dikirim Markas Besar Tentara di Yogyakarta.  
 
3.Pertempuran di Surabaya menewaskan dua perwira tinggi setara Brigadir Jenderal dari pihak Inggris
Secara angka, jumlah korban dan kerugian di pihak Inggris dalam Pertempuran Surabaya jauh di bawah korban dan kerugian pihak Indonesia. Namun, Inggris di Surabaya tercatat kehilangan dua perwira tinggi berpangkat Brigadir dalam strata British Army, atau setara Brigadir Jenderal dalam strata Tentara Nasional Indonesia saat ini. Dua brigadir tadi masing-masing adalah AWS Mallaby yang pada 30 Oktober 1945 tertembak di luar Gedung Internatio, juga RG Loder-Symonds yang pesawatnya  pada 10 November jatuh di Pangkalan Udara Morokrembangan karena tertembak meriam anti serangan udarr pejuang Indonesia
 
4.Bung Tomo sebenarnya bukan komandan tentara di Surabaya
Tak sedikit orang menyangka bahwa Bung Tomo yang bernama asli Soetomo sebagai komandan dalam Pertempuran Surabaya Oktober-November 1945. Nyatanya tokoh legendaris ini merupakan penyiar radio dan ahli propaganda, termasuk untuk urusan membakar semangat tentara Indonesia, para pejuang, juga massa rakyat. Komandan para tentara dan pejuang Indonesia dalam Pertempuran Surabaya 1945 sebenarnya adalah Kolonel Soengkono.
 
5.Foto ikonik Bung Tomo berpidato bukan hasil dokumentasi di sekitar 10 November 1945
Satu gambar yang sering dipakai sebagai ilustrasi peristiwa Pertempuran Surabaya 1945 adalah foto Bung Tomo berpidato di bawah naungan payung lebar berpola garis-garis tebal melingkar. Namun, nyatanya foto tersebut bukan hasil pemotretan pada sekitar Pertempuran Surabaya 1945. Foto tersebut justru baru dihasilkan oleh fotografer Alex Mendur dari kantor berita IPPHOS pada 1947, sekitar 25 Februari-6 Maret,  di sela pelaksanaan Sidang Pleno Komite Nasiona Indonesia Pusat (KNIP) di kota tersebut.
(Yosef Kelik/Periset di Musem Ullen Sentalu)
​
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    October 2025
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak