ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

37 Hewan yang Turut Tercantum dalam Negarakretagama

25/10/2024

0 Comments

 
Kitab kuno Desawarnana atau Nagarakretagama tidak hanya berisi catatan muhibah Maharaja Hayam Wuruk berkeliling Jawa Timur, sejarah panjang Kerajaan Tumapel-Singhasari dan Majapahit, ataupun silsilah Wangsa Rajasa. Kitab karya Mpu Prapanca tahun1365 tersebut memuat juga dokumentasi fauna atau beragam jenis hewan yang dikenal keberadaannya semasa Majapahit. Aneka hewan hidup di alam liar maupun yang sudah didomestikasi menjadi ternak, pembantu pekerjaan manusia, sumber pangan, hingga klangenan yaitu hewan untuk keperluan hobi. Berdasar tiga versi terjemahan Nagarakretagama, yakni Slamet Muljana, I Ketut Riana, dan juga Damaika Saktiani dkk, dapat diketahui 37 jenis hewan yang dicatat Prapanca  dalam larik-larik Nagarakertagama.
Picture
Rincian dari ragam hewan berikut pupuh dan bait yang menyebutkan mereka dalam Nagarakretagama adalah sebagai berikut:

1. sawung
ayam petarung/Gallus domesticus) pupuh 17 bait 4 (17.4)
2. gaja
18.5, 51.4, 59.2, 59.7, dan 83.1
3. aśwa, kuda, turagā
18.5, 50.1, 51.4, 54.3, 59.2, 59.7, dan 83.1
4. sapi (sapi Jawa/Bos javanicus)
24.2 dan 28.2
5. bawi, beñjit
28.2 dan 60.2
6. méșa
28.2 dan 89.5
7. ayam, hayam, pitik (ayam kampung/Gallus domesticus)
28.2 dan 60.2
8. kebo, lulāya, sērabhā, bhoșțra, mahișa
pupuh 28.2, 50,5, 51.3, 59.2, 59.7, dan 89.5
9. asu, kirik, śwana
pupuh 28.2, 52.4, 60.2, dan 89.5
10. ayam alas (ayam roga atau ayam hutan/Gallus varius)
pupuh 34.1
11. syung
burung tiung atau burung beo/Gracula venerata)pupuh 34.1
12. wanara, plawaga
pupuh 50.2 dan 50.5
13. pakși, wihagā
pupuh 50.2 dan 89.5
14. senggah, sĕńgah, mṛga, mañjangan
pupuh 50.4, 50.5, 53.1, dan 89.5
 15, gawayā
pupuh 50.5, 51.3, 53.2 dan 59.2
16. goh, wreșabha, wṛsabha, sapyā (lembu asal India /Bos taurus Indicus)
pupuh 50.5, 51.3, dan 54.1
17. wök, warāha, sūkara
celeng/Sus scrofa)pupuh 50.5, 52.2, 54.2, dan 89.5
18. salya
landak/Hystrix javanica)pupuh 50.5
19. cihna
menurut Slamet Muljana, atau kancil/Tragulus javanicus menurut I Ketut Riana, atau kijang/Muntiacus muntjak menurut Damaika Saktiani dkk,)pupuh 50.5, 51.2, dan 54.2,
20. godhēya
pupuh 50.5
21. widhāla, wiḑāla
kucing/Felis paleojavanica)pupuh 50.5
22. gaņḑakā
pupuh 50.5
23. mregēndrā, tarakșā
pupuh 50.6, 51.3, 51.4, dan 53.5
24. siwā, śregālo, śṛigala, śṛgāla
erigala/Cuon alpinus)pupuh 50.6, 51.2, dan 90.2
25. hayuyu (kepiting air tawar/Gecarcinucoidea)
pupuh 51.1
26. hariṇa, kṛșņa
pupuh 51.2, 53.1, dan 54.3
27. garddha, kara
pupuh 59.7, 89.5,dan  90.2
28. sangka atau keong
pupuh 59.7
29. itik (entog/Cairina moschata)pupuh 60.2
30. lembora(ikan lembora/Actinopterygii)
pupuh 65.5
31. madhupa, maḑupā (tawon madu/Apis trigona)
pupuh 89.5
32. mīṇa, sangkya (ikan/Chordata)
pupuh 89.5
33. aņdha
bebek/Anas platyrhyncos)pupuh 89.5
34. krimi
pupuh 89.5 dan 90.2
35. mūșika
pupuh 89.5 dan 90.2
36 maņdhūka
pupuh 90.2
37. mrak
merak/Pavo muticus)pupuh 91.3
                                               
Tenaga dan Pangan
Dari 37 hewan yang disebutkan dalam Nagarakretagama, ayam paling sering muncul, yakni sebagai hidangan makanan tercantum dalam pupuh 28 bait 2, juga diadu dalam sabung ayam disebut dalam pupuh 17 bait 4. Kerabatnya yang masih liar dan hidup di hutan lebat, yakni ayam alas, disebutkan berkokok seperti menjerit-jerit   berduet dengan beo yang berkicau seperti keluh-kesah. Hal ini diceritakan di pupuh 34 bait 1, yang menggambarkan suasana hutan di sekeliling asrama pendeta di Sagara, bagian wilayah Keta.
Gajah dan kuda pada pupuh 83 bait 1 adalah dua hewan yang menjadi kendaraan rombongan maharaja. Ada juga kerbau dan banteng menurut pupuh 59 bait 2. Banteng menurut Prapanca,  lebih merupakan sapi besar liar Jawa yang kini disebut sebagai sapi banteng. Dalam rombongan maharaja, kerbau dan sapi banteng  difungsikan sebagai penarik pedati. Kemudian, merujuk pupuh 54 bait 1 dan pupuh 59 bait 7, ada dua hewan lagi sebagai penarik dan tenaga angkut dalam rombongan maharaja, yakni keledai dan lembu atau sapi berpunuk asal India.
Pupuh 28 bait 2 menunjukkan aneka hewan selain ayam yang menjadi sumber pangan hewani masyarakat Majapahit. Ada babi, kambing, kerbau, sapi, anjing. Kemudian pupuh 60 bait 2, menyebut juga anak anjing, anak babi, juga itik atau entog.
Keong besar disebutkan dalam pupuh 59 bait 7. Namun, lebih merujuk kepada cangkang yang dijadikan alat musik sangkakala atau seperti terompet. Alat musik ini dibunyikan sebagai tanda rombongan maharaja lewat.
Fabel tentang Perburuan
Ada pupuh 50-55 Nagarakretagama  berisi fabel atau dongeng hewan secara berurutan. Kisah diawali dari maharaja yang berangkat berburu bersama pengiring kereta dan kuda ke hutan Nandaka yang berbahaya. Setelah hutan terkepung, kera  menjerit dan burung beterbangan karena ketakutan. Setelah sekeliling hutan dibakar, beberapa hewan antara lain celeng, kerbau, kelinci, biawak, kucing, badak, kijang, banteng, landak, dan kancil berlarian menuju tengah hutan. Mereka bersidang. Harimau menjadi pemimpin sidang dan serigala menjadi penegaknya.
Serigala bertanya kepada para hewan yang hadir tentang cara yang mereka pilih dalam menanggapi perburuan oleh maharaja, yaitu antara menanti mati di tempat, lari, atau serempak melawan jikalau diserang. Kijang mewakili rusa dan kelinci memilih lari menyelamatkan diri sebisa mereka. Serigala mewakili banteng, kerbau, dan lembu, menilai bahwa tindakan lari bukanlah sifat perwira, lebih memilih melawan sekuat tenaga dengan harapan menang. Mendengar itu, harimau kemudian mengatakan bahwa ujaran keduanya pantas dirunut, tetapi harus paham yang dihadapi baik atau buruk. Jika penjahat, jelas kita lari atau melawan karena sia-sia jika terbunuh olehnya. Namun jika menghadapi maharaja yang berburu, tunggu mati saja karena ia berkuasa mengakhiri hidup semua makhluk. Menurut harimau, maharaja adalah titisan Bhatara Siwa, maka hilang segala dosa makhluk yang dibunuh olehnya. “Pada Sang Tri Paksa Resi Siwa Budha aku takut, maka jika berjumpa raja jelas aku akan menyerahkan nyawaku, supaya kelak tak akan lahir kembali sebagai binatang”, demikian kata harimau. 
Harimau kemudian mengkomando seluruh hewan untuk berkumpul dan maju serempak menyerang. Para prajurit maharaja ada yang tertanduk dan lari. Celeng berjuang mati-matian agar anaknya tidak dibinasakan oleh prajurit berkuda. Anjing mengamuk, tapi ditebas hingga mati oleh anggota rombongan berburu. Kijang dan rusa tertusuk tombak dan mati. Bala bantuan raja lari tunggang langgang karena berhadapan dengan banteng dan binatang galak lainnya. Badak mundur karena luncuran aneka senjata. Ada pula para pendeta Siwa-Buda yang lari diburu dan disengau harimau karena lupa menegakkan dharma. Semua terjadi sebelum raja menyusur hutan untuk mengejar buruan dengan menunggang kuda. Diiringi mantri tanda dan bujangga, maharaja memburu hewan-hewan yang ketakutan. Setelah perburuan berhasil, gembiralah sang maharaja bersantap sambil menceritakan caranya berburu. Beliau tak berdosa terhadap dharma ahimsa.
Santapan Maharaja
Pupuh 89 bait 5 menyebutkan bahwa menu yang dihidangkan pada maharaja mengikuti kebiasaan zaman dulu (loka purana). Berupa hidangan daging kambing, kerbau, burung, rusa, madu tawon, ikan seperti ikan lembora, telur, dan domba.
Sementara anjing, cacing, tikus, keledai, dan katak  pantang dimakan. Jika dilanggar akibatnya dihina musuh dan umur pendek. Meski demikian, pupuh 90 bait 1 menegaskan bahwa menu tersebut dapat saja dihidangkan kepada para penggemarnya. Hal ini perlu dimaklumi pula karena watak berbagai orang berbeda di setiap desa. Mengingat hal itu, pupuh 28 bait 2, para menteri umumnya memberikan persembahan kepada raja berupa sapi, babi, kambing, kerbau, ayam, dan anjing. [RESTU A RAHAYUNINGSIH (Peneliti Museum Ullen Sentalu)]
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    October 2025
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak