Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa arca adalah patung yang terutama dibuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk orang dan binatang. Sementara patung adalah tiruan bentuk orang, hewan, dan sebagainya dibuat (dipahat dan sebagainya) dari batu, kayu, dan sebagainya. Meski terkesan sama, dari kedua definisi sebenarnya ada dua hal yang dapat digaris bawahi. Pertama, arca dalam deskripsi ini dikatakan dibuat terutama dari batu, ini menunjukkan bahwa bahan pembuatan arca belum sekompleks patung sehingga menunjukkan periode pembuatan arca seharusnya lebih tua dibandingkan periode pembuatan patung. Kedua, kata “menyerupai bentuk orang dan binatang” mendefinisikan bahwa standar bentuk dan fungsi arca tidak seperti bentuk dan fungsi patung yang bersifat “tiruan makhluk hidup”. Dari penjabaran ini, pembuatan arca tidaklah sesederhana membuat patung karena kadang terkait suatu unsur religi dari suatu peradaban tua dan berkaitan dengan kekuatan di luar diri manusia sehingga cenderung sakral.
Terkait periode pembuatan arca di Indonesia, salah satu ilmu yang mempelajarinya adalah ilmu arkeologis. Dalam ilmu ini, arca diklasifikasikan sebagai salah satu temuan artefaktual yang bersifat movable maupun non-movable yang dibuat pada periode prasejarah hingga periode klasik (Hindu/Budha). Secara spesifik, R. Cecep Eka Permana dalam Kamus Istilah Arkeologi – Cagar Budaya (2016: 30), menyebutkan bahwa arca adalah artefak yang dibentuk menyerupai manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, atau bentuk lain yang dibuat secara tiga dimensi. Arca dapat dihasilkan melalui teknik bentukan tangan, pahat, cetak, dan ukir. Bahannya pun dapat berupa batu, kayu, tanah liat, atau logam. Arca umumnya dibuat sebagai media keagamaan, tepatnya sarana dalam memuja tuhan atau dewa atau dewi. Menariknya di Jawa, arca juga dibuat untuk memperingati seorang tokoh yang telah wafat dengan menambahkan ciri-ciri kedewaan atau disebut arca perwujudan. Layaknya arca dewa, arca perwujudan pun umumnya dipuja. Itulah alasannya arca cenderung bersifat lebih sakral dibandingkan patung. Menurut The Encyclopedia Americana Volume 24 (1973:444), patung merupakan cabang seni rupa yang terutama berkaitan dengan penciptaan bentuk ekspresif dalam tiga dimensi. Ini mencakup berbagai macam karya seni yang berbeda, mulai dari berdiri bebas, objek independen, dan melalui bentuk relief tinggi hingga rendah, bahkan terkadang tampil dalam bentuk ekstrim yang sedikit lebih dari timbul gambar. Bahkan karya seni pahat patung umumnya lebih kompleks dibandingkan seni pahat arca. Patung dapat dihasilkan dengan tiga proses; yakni ukiran (proses reduktif dimana bentuk yang diinginkan dicapai dengan menghilangkan kelebihan dari balok atau massa material serupa), modeling (suatu proses aditif dimana bentuk dibangun dalam bahan plastik), dan kontruksi atau assembling (patung dibuat dengan menggabungkan benda-benda jadi dan satuan-satuan materi yang sudah memiliki bentuk sendiri). Dengan teknik ini, bahan patung dapat dibentuk dengan memalu seperti dalam penempaan logam atau dengan menorehkan (repoussé) seperti dalam seni glyptic atau ukiran batu mulia seperti permata. Dalam proses ini, casting adalah proses penting dalam produksi berbagai jenis patung, meskipun penggunaan utamanya sebagai metode mereproduksi daripada membuat bentuk. Sementara terkait bahan patung, The Encyclopedia Americana Volume 24 (1973) juga menyebutkan bahwa hampir semua bahan yang dapat dibentuk secara tiga dimensi. Bahan yang keras dan tahan lama seperti batu, logam, kayu, beton, tanah liat, gading, dan baru-baru ini plastik; umumnya memang lebih disukai sebagai bahan patung. Namun karya patung juga telah diproduksi dengan bahan yang lebih mudah rusak seperti kulit, bulu, sabun, es, dan salju. Bahkan bahan yang bisa dimakan seperti adonan roti, cake icing, dan mentega telah digunakan sebagai bahan patung dengan ketrampilan dan proses teknis. Sayangnya para pematung yang terkenal adalah ahli dalam seni ukir batu, pembuatan perunggu, dan sejenisnya sehingga pematung dengan bahan-bahan lainnya kadang hanya memainkan peran sebagai pengrajin spesialis. Bagi yang penasaran dengan visual arca dan patung, Museum Ullen Sentalu menghadirkan kedua jenis artefak tersebut. Arca dari periode klasik (Hindu/Budha) di Jawa dapat dilihat di tur museum, baik tur Adiluhung Mataram maupun tur Vorstenlanden. Sementara patung yang notabene adalah karya seni era modern dapat dilihat di beberapa bagian di Museum Ullen Sentalu seperti di area coffee break, tur Vorstenlanden ataupun di dekat butik souvenir “MUSE”. RESTU A RAHAYUNINGSIH (Peneliti Museum Ullen Sentalu)
1 Comment
fasya
17/3/2025 11:37:22 am
informasi yang bagus dan bermanfaat
Reply
Leave a Reply. |
Archives
July 2025
Categories |