ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Bedhaya Ketawang: Induk Semua Tari Jawa

2/9/2023

2 Comments

 
Picture
Bedhaya Ketawang  merupakan tari sakral yang khusus dipagelarkan pada hari jumeneng dan peringatan jumenengan  raja Kasunanan Surakarta. Kostum para penari bedhaya ini merupakan kostum lengkap paes ageng Surakarta yang dikenakan para pengantin putri raja sesuai dengan budaya kraton.
Menurut tradisi lama, para penari Bedhaya Ketawang  dipilih dari para abdi bedhaya yang terbaik dan masih perawan. Keperawanan dalam ritual-ritual kraton merupakan suatu simbol kesucian. Namun, sejak 1970 an, syarat menjadi penari Bedhaya Ketawang agak diperlonggar, tak lagi sepenuhnya masih perawan, tapi lebih kepada tidak sedang menstruasi tatkala bertugas menari.

Dalam masyarakat Jawa, Bedhaya Ketawang dipercayai sebagai tari sakral pusaka kraton yang menjadi induk bagi tari-tari bedhaya selanjutnya, bahkan tari-tarian lainya, sejak era Mataram Islam sampai dengan sekarang.

Bedhaya Ketawang melambangkan perlindungan Gusti Kanjeng Ratu Kidul, penguasa Laut Selatan, kepada Kerajaan Mataram. Pasalnya, secara turun temurun berkembang suatu keyakinan bahwa Bedhaya Ketawang adalah tari yang diciptakan oleh Gusti Kanjeng Ratu Kidul, sang penguasa Laut Selatan. Panembahan Senopati, raja pertama Mataram Islam, konon tertarik tentang tata gerak Bedhaya Ketawang  dalam pertemuan keduanya di Istana Ratu Kidul di Laut Selatan. Setelah itu, Ratu Kidul konon hadir ke Kraton Mataram setiap hari selama tiga bulan penuh untuk melatih para abdi bedhaya. Selanjutnya, dipercaya juga bahwa Ratu Kidul selalu hadir pada setiap malam Selasa Kliwon untuk melihat penampilan karya tari ciptaannya. Malam Selasa Kliwon selanjutnya dikenal dengan nama anggara kasih, hari sakral pertemuan antara raja Mataram dengan GKR Kidul.

Konon, pada setiap Bedhaya Ketawang ditarikan, Ratu Kidul akan hadir dan ikut menari di hadapan raja. Legenda yang hidup dalam masyarakat Jawa mempercayai bahwa hanya raja dan orang-orang tertentu yang dapat melihat kehadiran sosok Ratu Kidul di antara pada penari Bedhaya Ketawang. Karena itu, menjelang dipergelarkannya tarian ini di hadapan raja, para penari harus menjalani serangkaian ritual yang disebut caos dahar. Ini adalah bentuk penghormatan dan memohon restu pada sang pencipta Bedhaya Ketawang, yaitu Ratu Kidul.(Rasti Wijayanti, Yosef Kelik, dan Isti Yunaida)

*Sebelumnya pernah diunggah di blog.ullensentalu.com pada 23 Juli 2014
Referensi
·         Dwiyanto, Djoko, Ensiklopedi Kraton Yogyakarta, Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta, 2009
·         Hermanu dkk., Serimpi, Bentara Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, 2011
2 Comments
Nana link
21/7/2024 07:55:16 am

Terima kasih atas penjelasanya yang singkat namun komprehensif.

Reply
reyhan link
25/1/2025 08:24:27 am

terima kasih informasi nya sangat bermanfaat

Reply



Leave a Reply.

    Archives

    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak