Di YouTube, banyak ditemukan video bila anda mengetik Caping Gunung di fitur pencarian. Ada video musik lawas dari penyanyi Jawa dekade 1980-an, 1990-an, dan awal 2000-an. Lalu ada video musik maupun dokumentasi pementasan para penyanyi juga orkes musik sekitar 15 tahun terakhir, bahkan video kover para konten kreator. Beberapa versi yang patut di-highlight adalah:
Caping gunung merupakan nyanyian berkisah seorang ibu yang merindukan putranya karena ikut berjuang dalam Perang Kemerdekaan. Ia membayangkan anaknya yang dulu dirawat, kini telah jauh dari jangkauan. Tetapi kabar tentang kemenangan yang diperoleh putranya membawanya pada harapan, meski sang ibu masih dihantui pertanyaan terkait janji masa lalu yang mungkin dilupakan sang anak yang telah sukses. Caping gunung sebagai judul diambil dari topi caping yang lebar, menggambarkan luasnya perhatian dan perlindungan orangtua kepada anaknya. Cuplikan liriknya adalah sebagai berikut: Dek jaman berjuang, njur kelingan anak lanang Biyen dak openi, saiki ono ngendi Jarene wis menang keturutan sing digadang Biyen ninggal janji, saiki opo lali Ning gunung dak cadongi sega jagung Yen mendung dak silihi caping gunung Sukur bisa nyawang gunung-desa dadi reja Pencipta Caping Gunung adalah Gesang Martohartono atau yang lebih dikenal dalam mononim Gesang. Pria asli Solo kelahiran 1 Oktober 1917 dan meninggal dunia pada 20 Mei 2010. Ia telah beroleh pengakuan luas tingkat nasional maupun internasional sebagai maestro lagu Jawa. Lagu karya Gesang yang paling tersohor adalah Bengawan Solo, diciptakan pada awal 1940-an. Kini sudah diterjemahkan dalam13 bahasa asing, antara lain bahasa Jepang, Mandarin, hingga Polandia. Lagu-lagu lain karya Gesang yang juga populer adalah Jembatan Merah serta Tirtonadi. (YOSEF KELIK & RESTU A RAHAYUNINGSIH/Tim RIset Museum Ullen Sentalu)
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
July 2025
Categories |