ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Cindé sebagai Jejak Akulturasi India-Jawa

10/10/2025

0 Comments

 
Di Guwa Selo Giri Museum Ullen Sentalu terdapat lukisan penari Dewi Rengganis dalam Tari Golek Menak. Selain mengenakan tutup kepala berbentuk burung merak, sang penari juga berselendang merah bermotif bunga, yang dikenal sebagai cindé. Cindé atau cindai adalah sejenis kain bermotif dan berwarna cerah yang dihasilkan melalui teknik rintang warna. Kain ini umumnya digunakan sebagai pelengkap busana atau selendang untuk menari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cindai berarti kain sutra yang berbunga-bunga. Ini merujuk pada penggambaran cindé dalam budaya Jawa, yakni kain dengan motif bunga yang disusun secara geometris.

Picture
Awal mula kain cindé dalam budaya Jawa adalah hasil interaksi dengan India. Menurut Siti Maziyah dengan merujuk pendapat Sukla Das (2020), tampilan motif kain cindé di Jawa banyak mengadopsi tampilan motif pada patola, kain tenun sutra dari Gujarat, India. Namun, cindé di Jawa menghasilkan motifnya memakai teknik rintang warna, tak lagi mengikuti patola yang motif-motifnya berupa tenunan.

Patola sendiri diyakini telah eksis di India sejak abad ke-4 SM. Menurut Sukla Das (1992), bukti keberadaan patola pada abad tersebut tercantum dalam Kitab Brahmanjala Sutra. Di India, patola digunakan sebagai pakaian untuk pengantin perempuan dan menyimbolkan keberhasilan, kebahagiaan, serta kemakmuran. Maraknya aktivitas perdagangan internasional pada abad ke-5 M, membuat kain patola menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Jawa.
Motif pakaian arca Durga dan ornamen dinding Candi Prambanan pada abad ke-9 M menjadi bukti tertua kehadiran motif patola di Jawa. Bukti lainnya juga ditemukan pada pakaian arca Durga dan arca Prajnaparamita dari Candi Singasari, abad ke-13 M. Ini menunjukkan bahwa motif patola sudah masuk dan berkembang di Jawa sejak masa Hindu-Buddha. Bahkan motif tersebut dimungkinkan menjadi cikal bakal motif batik di Jawa.

Perkembangan cindé sebagai bagian dari motif batik di Jawa dapat dilihat dari kaitan motif tersebut dengan motif batik yang berabad-abad setelahnya, menjadi penanda kepangkatan para bangsawan. Hal ini terkonfirmasi dari riset Muhammad R. Nugraha (2020) pada naskah Bab Sinjang (KBG 555), koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Berdasarkan naskah tersebut, Nugraha (2020) mengidentifikasi 10 motif cinde, yaitu: cindé sekar, cindé jonggrong, cindé gopok, cindé sarilaya, cindé jlamprang, cindé wilis, cindé gimaran, cindé cakar, cindé sulam, dan cindé mawar. Berbagai motif tersebut lazim ditemukan dalam busana para bangsawan. Dengan demikian, meski cinde merupakan hasil akulturasi budaya India, tetapi Jawa adalah lahan subur perkembangan motifnya. Bahkan kain cinde di masa lalu menjadi salah satu komoditi mewah yang hanya mampu dimiliki kalangan bangsawan. 
Dengan demikian, cindé lebih dari sekadar kain indah bermotif cerah. Jejak nyata akulturasi India–Jawa ini tumbuh menjadi simbol budaya, status, sekaligus kekayaan estetika dalam budaya Jawa. [DEFI RAHMADANI (Mahasiswa Program Studi Sejarah UGM, Magang Museum Ullen Sentalu 2025)]

0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    October 2025
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak