ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Ketika Mataram Coba Memanfaatkan Konflik VOC-Tionghoa untuk Pulihkan Independensinya

13/10/2023

1 Comment

 
Picture
Buku tulisan Daradjadi ini adalah pengingat yang baik bahwa pada medio abad XVIII atau tahun 1700-an, orang-orang Tionghoa dan orang-orang Jawa pernah melakukan suatu persekutuan melawan kekuatan imperialisme VOC Belanda. Buku juga mengingatkan bahwa pada tahun 1700-an itu, Kerajaan Mataram Islam di Jawa memiliki hubungan yang kompleks dan ambivalen dengan VOC. Di satu sisi, para penguasa Mataram acap membutuhkan bantuan VOC dalam mengatasi konflik internal dalam negeri maupun dinasti mereka. Di sisi lain, ada juga ketidaknyamanan atas menguatnya hegemoni VOC terhadap Mataram, yang lalu memantik keinginan untuk memulihkan independensi penuh Mataram seperti sebelum era Susuhunan Amangkurat II. Derajat keterlibatan Mataram dalam  Geger Pacinan 1740-1743, berikut perubahan keberpihakan kerajaan ini dalam kurun konflik tersebut, adalah serangkaian hal yang dipaparkan secara apik oleh Daradjadi.
Satu di antara contohnya adalah tuturan Daradjadi tentang bagaimana benteng VOC dikepung gabungan pasukan Tionghoa serta pasukan Mataram tiba di Kartasura pada 1 Agustus 1741. Aksi terhadap benteng Kompeni di ibukota Mataram tersebut dimulai pada hari kedatangan pasukan Tionghoa yang berintikan orang-orang yang eksodus dari Pecinan Batavia sejak tragedi pembantaian, 10 Oktober 1740. Seriusnya koalisi Mataram-Tionghoa pada awal Agustus 1741 juga dapat dilihat dari bagaimana Susuhunan Pakubuwana II pribadi menyatakan dukungan terhadap laskar Tionghoa untuk melawan Kompeni bersama-sama. Pada akhir Agustus, Sunan Pakubuwana II juga memerintahkan Patih Notokusumo memimpin suatu kontingen pasukan Mataram untuk membantu laskar Tionghoa mengepung Semarang.

Semua tadi menggambarkan dengan baik tentang bagaimana Mataram berusaha mengeksploitasi situasi konflik antara VOC dengan komunitas Tionghoa di Jawa. Mataram melihatnya sebagai kesempatan untuk menguatkan posisinya. Melalui hal yang diberikannya kepada pihak Tionghoa, meliputi pemberian perlindungan, pemberian senjata, juga aksi militer bersama, Mataram mencoba peruntungan untuk mengurangi pengaruh dan kekuasaan VOC di wilayah Jawa. Pada sekitar 1741 itu, kentara sekali bahwa Mataram melihat pihak Tionghoa sebagai sekutu penting dalam perlawanan terhadap VOC.

Melalui penelitian dan analisis yang cermat, Daradjadi menggambarkan peran Mataram dalam peristiwa Geger Pacinan secara detail. Buku ini memberikan pembaca pemahaman yang lebih baik tentang kompleksitas politik dan hubungan antara komunitas Tionghoa, Mataram, dan VOC pada periode tersebut.

Alur penulisan yang maju-mundur sempat membuat bingung pembaca dalam memahami runtutan peristiwa. Pembagian bab pembahasan yang dikelompokkan berdasarkan peristiwa di masing-masing daerah dan pihak juga turut menambah kebingungan dalam memahami urutan dari keseluruhan rangkaian peristiwa. Namun, hal ini terbantu dengan adanya sebuah bagian di awal buku yang mengurutkan secara sekilas kronologi dari keseluruhan peristiwa yang dibahas pada buku ini.

Hal menarik lainnya yang juga dibahas dalam buku ini adalah peran dari Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said dalam peristiwa Geger Pacinan ini. Sebelum akhirnya keluar dari keraton, Pangeran Mangkubumi dikenal karena kesetiaannya dengan selalu berada di sisi Sunan Pakubuwono II. Sedangkan, Raden Mas Said cenderung lebih menujukkan keberpihakannya pada Laskar Tionghoa. Setelah peristiwa geger Pacinan, kedua tokoh ini akan memainkan peran dalam Perang Suksesi Jawa III pada tahun 1746-1757.
​
Secara keseluruhan, "Geger Pacinan 1740-1743: Persekutuan Tionghoa Jawa Melawan VOC" adalah sebuah karya yang penting dan berharga bagi sejarah kolonialisme di Hindia Belanda. Dalam buku ini, Daradjadi berhasil menyoroti keterlibatan Mataram dalam peristiwa tersebut, menunjukkan bagaimana kerajaan Jawa ini berperan dalam mempengaruhi dinamika politik dan konflik antara Tionghoa dan VOC. Buku ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang tertarik dengan sejarah kolonial Indonesia, hubungan etnis, dan perjuangan melawan penjajahan. ​(Nasywa Nur Athiyya/Mahasiswa Prodi Ilmu Sejarah FIB UGM, Magang di Museum Ullen Sentalu, September 2023)
1 Comment
Tel U link
27/11/2023 06:22:52 am

Apa yang mendorong Mataram untuk mengeksploitasi konflik antara VOC dan komunitas Tionghoa, dan bagaimana hal ini diartikan sebagai upaya memulihkan independensi Mataram? Regard <a href="https://journals.telkomuniversity.ac.id/">Telkom University</a>

Reply



Leave a Reply.

    Archives

    October 2025
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak