Lakon Inau/Inao di Thailand Diakui Raja Legendarisnya sebagai Adapatasi Lakon Panji dari Jawa23/7/2025
Kunjungan pada 1896, Raja Chulalongkorn dan rombongannya dengan kapal Maha Chakri mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok pada 25 Mei, baru kembali menuju Bangkok dari Cirebon pada 28 Juli. Selama dua bulan mereka menyambangi dari barat hingga ke timur berbagai kota dan kabupaten di Jawa.
Bandung dan Bujana Termasuk yang disinggahi rombongan Raja Chulalongkorn adalah Bandung pada 17 Juni 1896 malam. Kota yang dalam waktu kurang dari seabad telah berkembang sangat pesat berkat menggeliatnya berbagai perkebunan, terutama perkebunan teh. Rombongan Raja Siam selama berada di Bandung bermalam di Hotel Homann. Cuaca Bandung sedari sore berangin dan berhawa dingin. Raja dihelat jamuan makan dengan pertunjukkan. Bujana dimeriahkan oleh dua macam pertunjukan. Ada tari tandak yang membuat Bupati Bandung hingga turun langsung berjoget. Lalu pertunjukan wayang wong berlakon Panji persembahan Bupati Manonjaya khusus untuk sang raja. Manonjaya merupakan salah satu kecamatan dalam cakupan Kabupaten Tasikmalaya masa kini, Provinsi Jawa Barat. Esok malamnya pada tanggal 18 Juni, pada jamuan makan malam pula, wayang wong persembahan Bupati Manonjaya kembali tampil di hadapan Raja Chulalongkorn dan rombongannya, berlangsung di ruang makan Hotel Homann. Para penampil wayang wong tersebut ditulis Raja Chulalongkorn dalam buku hariannya: tak mengenakan topeng. Para penari pertunjukan sendratari berlakon Panji di Jawa pada abad XIX bisa tanpa topeng kala dipentaskan di hadapan para penguasa. Status Raja Chulalongkorn tentu telah memenuhi klausul. Hal tersebut dicatat pula oleh Thomas Stamford Raffles pada halaman 335-336 The History of Java, Volume One, terbitan 1817. Dicatat dalam buku harian Raja Chulalongkorn, bahwa waktu antara menonton pertunjukan pemeriah bujana tanggal 17 Juni malam, ia berbincang dengan Bupati Manonjaya. Raja Siam merasa bahwa jalan cerita, penamaan tokoh, hingga penamaan tempat dalam lakon Panji memiliki kemiripan dengan cerita Inau atau Inao di negerinya. Baginda Chulalongkron berujar kepada Bupati Manonjaya bahwa Inau atau Inao di Siam adalah lakon dan seni pertunjukan yang diserap dari lakon Panji di Jawa. Keberadaan Inau atau Inao di Siam (Thailand) sejak awal abad XIX, era pemerintahan Raja Rama II (1809-1824), kakek Raja Chulalongkorn. Phra Piya Maharaj Raja Chulalongkorn merupakan bagian Dinasti Chakri yang menduduki takhta monarki di Thailand hingga kini. Raja legendaris dalam memori sejarah komunal di Thailand, pun sangat dihormati rakyat, bahkan mendapat julukan Phra Piya Maharaj (Raja Besar dan Bapak Bangsa Thai Moderen). Bertakhta pada 1868-1910, sang raja banyak diapresiasi telah mengakselerasi modernisasi Negeri Gajah Putih, juga berkontribusi memertahankan status negara tetap merdeka berdaulat penuh. Walau, kala itu dijepit dari semua penjuru oleh Inggris dan Prancis, dua kekuatan besar kolonialis-imperialis dunia. Raja Vajiravudh atau Rama VI, bertakhta 1910-1925, putra dan suksesor raja Chulalongkorn, menitahkan nama mendiang sang raja besar diabadikan sebagai nama universitas paling top Thailand, Universitas Chulalongkorn, sering disebut sebagai Chula sejak 1917. [Yosef Kelik (Tim Riset Museum Ullen Sentalu)] REFERENSI Raffles, Thomas Stamford (1978), The History of Java- Volume One. Kuala Lumpur: Oxford University Press. Halaman 335-336 Suharto, Imtip Pattajoti (2002, 2nd printing). Journeys to Java by a Siamese King. Jakarta: The Ministry of Foreigb Affairs of Thailand. Halaman 52 & 54
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
July 2025
Categories |