ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

5 Masjid Pathok Negara di Sekitar Kota Yogyakarta

30/3/2024

0 Comments

 
 
Di tengah kota Yogyakarta, orang bisa dengan mudah menemukan satu masjid besar di sisi sebelah barat dari Alun-alun Utara Kraton Kasultanan. Masjid Gede Kauman, demikian nama masjid yang disebut sebagai salah satu penanda kota Yogya. Di sekeliling kota pun masih ada lagi lima masjid yang pendirian dan keberadaannya dimaksudkan sebagai penanda tata ruang dari suatu pusat kerajaan bercorak Islam. Lima masjid serangkai tersebut diberi julukan khusus Masjid Pathok Negara, yang kurang lebih bermakna bahwa masjid-masjid tadi dianggap sebagai batu-batu penanda batas terjauh dari kawasan ibukota Kasultanan Yogyakarta.
Picture
Jika mengikuti pola bangunan tradisional aslinya, pola umum Masjid Pathok Negara adalah beratap tajug dengan tumpang dua, lebih sedikit dari atap Masjid Gede Kauman yang beratap tajug tumpang tiga. Mahkota Masjid Pathok Negara aslinya terbuat dari tanah liat. Atap masjid memakai tatanan atap kayu alias sirap. Selain ciri-ciri tadi, masing-masing Masjid Pathok Negara dilengkapi keberadaan pohon sawo kecik, kolam keliling, juga mimbar berukir di bagian dalam masjidnya. Namun, seiring perjalanan waktu, tidak semua dari lima Masjid Pathok Negara masih lengkap memiliki ciri-ciri asli tadi.

Kuintet atau lima serangkai Masjid Pathok Negara yang ada di sekeliling kota Yogyakarta dan suburbannya terdiri dari Masjid Sulthoni Plosokuning, Masjid Ad Darojat Babadan, Masjid Jami An-Nur Mlangi, Masjid Nurul Huda Dongkelan, dan Masjid Taqwa Wonokromo. Menurut Dosen Teknik Arsitektur Universitas Widya Mataram, Desy Ayu Krisna Murti ST, MSc, empat Masjid Pathok Negara yang disebut di awal dibangun pada kurun 1723-1819, sedangkan Masjid Taqwa Wonokromo dibangun sekitar 1814-1823.
​
Berikut adalah deskripsi dari masing-masing anggota kuintet Masjid Pathok Negara tersebut:

1.Masjid Sulthoni Plosokuning
Masjid ini terletak di Desa Plosokuning, Kapanewon Ngaglik, Kabupaten Sleman. Dengan demikian secara lokasi menempati daerah timur laut dari kawasan kota Yogyakarta. Masjid ini menempati sisi timur dari aliran Sungai Gajah Wong. Jarak masjid kurang lebih 12 kilometer dari Kraton Kasultanan Yogyakarta.
Di antara lima Masjid Pathok Negara, Masjid Plosokuning yang paling terjaga kelestariannya.
Luas lahan kompleks masjid sekitar 2.500 meter persegi. Luas bangunan masjid awalnya sekitar 288 meter persegi dan kemudian membesar menjadi 328 meter persegi.
 
2.Masjid Ad Darojat Babadan
Masjid ini terletak di Babadan, Gedongkuning, Banguntapan, Kabupaten Bantul. Lokasi masjid menempati sisi timur dari kawasan kota Yogyakarta. Sebagaimana Masjid Pathok Negara Plosokuning, Masjid Pathok Negara Babadan juga berada di sisi timur dari aliran Sungai Gajah Wong. Jarak masjid ini sekitar 5 kilometer dari Kraton Kasultanan Yogyakarta.
Semasa Pendudukan Jepang, desa tempat masjid berlokasi terkena pelebaran kawasan Pangkalan Udara Maguwo. Penduduk desa dipindahan ke daerah jalan raya yang menuju kawasan Kaliurang. Masjid pun rusak hanya tersisakan fondasi dan tembok saja. Atas inisiatif warga setempat bernama Muthohar, masjid kembali dibangun sekitar dekade 1960-an. Sultan Hamengkubuwana IX menyambut baik dan mendukung upaya pembangunan ulang salah satu dari Masjid Pathok Negara ini. Sebagai penghormatan atas perhatian Sang Sultan saat pembangunan ulang Masjid Pathok Negara Babadan, maka ditambahkan nama Ad Darojat kepada masjid tersebut. Penamaan tadi diinspirasi oleh nama muda Sultan Hamengkubuwana IX, yaitu Raden Mas Dorodjatun, sebelum naik takhta pada 1940.
 
3.Masjid Jami An-Nur Mlangi
Masjid ini terletak di Dusun Mlangi, Kalurahan Nogotirto, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman. Dusun yang ditempati masjid ini ada di sebelah barat dari kawasan kota Yogyakarta. Lokasi masjid maupun dusun yang ditempati ada di sebelah barat aliran Sungai Winongo. Jarak masjid ini ksekitar 8 kilometer dari Kraton Kasultanan Yogyakarta. Penamaan An Nur yang ikut melekati nama Masjid Pathok Negara ini berkaitan dengan nama Kyai Nuriman, sang pendiri masjid sekaligus pendiri Pesantren Mlangi.
Bangunan asli Masjid Pathok Negara Mlangi sudah tidak ada. Begitu juga dengan kolam bersuci yang mengitari masjid. Hal itu adalah imbas adopsi bentuk masjid berupa bangunan beton dan bertingkat sejak 1985. Namun, tetap ada beberapa peninggalan lama yang masih dipertahankan, yakni hiasan puncak masjid berbentuk gada, mimbar kayu berukir, juga bedug besarnya.
Hingga kini, daerah sekitar Masjid Pathok Negara Mlangi dikenal sebagai lingkungan santri. Pasalnya ada banyak pesantren berdiri di sana.  Para   pengelolanya adalah para keturunan Kyai Nuriman.
 
4.Masjid Nurul Huda Dongkelan
Masjid ini berkedudukan di Kauman, Dongkelan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.
Jarak masjid ini sekitar 3,5 kilometer dari Kraton Kasultanan Yogyakarta. Masjid Pathok Negara Dongkelan berada di sisi barat dari aliran Sungai Winongo.
 
5.Masjid Taqwa Wonokromo
Masjid ini berkedudukan di Desa Wonokromo, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul. Letaknya bersebelahan dengan tempuran atau titik pertemuan antara aliran Sungai Opak dan aliran Sungai Oya. Jarak masjid ini sekitar 10 kilometer dari Kraton Kasultanan Yogyakarta.
Keberadaan masjid ini erat kaitannya dengan tokoh Kyai Muhammad Fakih, seorang pemuka agama Islam setempat yang hidup sekitar tahun 1700-an Masehi. Pria ini dikenal luas sebagai guru agama dengan nama alias Kyai Welit karena memiliki pekerjaan lain sebagai pembuat welit atau atap rumbia.
Kyai Muhammad Fakih alias Kyai Welit adalah kakak ipar Sultan Hamengkubuwana I. Sultan pendiri Kasultanan Yogyakarta tersebut juga memercayai Kyai Muhammad Fakih sebagai salah seorang penasehatnya di bidang agama. Konon, atas saran Kyai Welit lah sehingga Sultan Hamengkubuwana I lantas menitahkan pendirian masjid-masjid yang berdasarkan kedudukannya digolongkan sebagai kelompok Masjid Pathok Negara.
Sultan Hamengkubuwana I sendiri pada 1774 memercayakan jabatan pengulu Pathok Negara kepada Kyai Muhammad Fakih. Ia diberikan pula anugerah tanah perdikan yang kemudian disebut Wonokromo. Di tengah tanah perdikan itu didirikanlah Masjid Pathok Negara.
Awalnya, Masjid Pathok Negara memiliki bangunan induk berbentuk tajug dan bermustaka tanah liat, sedangkan serambinya berbentuk limasan. Kerangka bangunan didominasi bambu, dengan dinding-dinding dari gedheg (anyaman bambu), lalu atap dari welit. Pada 1867, kerangka bangunan diubah memakai kayu nangka dan dindingnya menjadi tembok bata. Pada 1958, ada pemugaran yang menimbun kolam keliling, membangun tempat wudhu di utara masjid, juga memerluas serambi. Pada 1986, seluruh bangunan masjid dibongkar untuk diganti bangunan baru berbahan beton bertulang, tapi tetap memertahankan bentuk khas masjid Jawa.
 
REFERENSI
  • Dwiyanto, Djoko dkk (2009). Ensiklopedi Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta
  • Sumintarsih dkk (2007). Toponim Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Yogyakarta
  • Humas UWM dalam “Arsitektur Masjid Pathok Negoro”. https://new.widyamataram.ac.id/content/news/arsitektur-masjid-pathok-negoro , diunggah 13 Maret 2023
 
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak