Cakupan wilayah Nusantara menurut Majapahit bukan sebatas berbagai pulau atau daerah yang masih dekat dengan Pulau Jawa. Nusantara versi Majapahit mencakup beberapa kawasan kepulauan yang kini disebut sebagai Asia Tenggara. Pemaknaan tersebut lahir dari para tokoh pergerakan kebangsaan Indonesia, antara lain EFE Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantara, dan Mohammad Yamin sejak 1920an.
Tertua Keempat Berkaitan dengan toponim Nusantara, Nagarakretagama termasuk sumber tertulis tertua yang merekam eksistensi istilah geografis tadi dalam khazanah bahasan dominasi abad abad peradaban Hindu-Buddha sebelum 500 tahun lalu. Nagarakretagama berada di urutan tertua keempat yang telah memuat tulisan Nusantara. Tiga sumber tertulis yang lebih tua dari Nagarakretagama dalam hal memuat istilah Nusantara adalah Prasasti Mula Malurung 1255 Masehi. Terbit pada masa pemerintahan Narpati Sminingrat atau dikenal sebagai Maharaja Wisnuwardhana kerajaan Singhasari, pendahulu Majapahit. Urutan tertua kedua ditempati Prasasti Sarwadharma 1269 Masehi. Urutan tertua ketiga perekam istilah Nusantara ditempati Prasasti Camunda 1292 Masehi. Istilah Nusantara pada Prasasti Mula-Malurung dan Prasasti Sarwadharma memiliki cakupan yang lebih sempit dibanding Nusantara pada Nagarakretragama. Bahkan dibandingkan istilah Nusantara sekitar seratusan tahun terakhir. Nusantara dalam dua prasasti terbitan Singasari pertengahn abad 13 tersebut baru sebatas menggambarkan wilayah yang mencakup suatu pulau utama ditambah beberapa pulau lain yang lebih kecil di dekatnya. Bersinonim dengan Dwipantara Istilah Nusantara dalam Prasasti Camunda sejatinya tertulis sebagai Dwipantara. Namun, dua istilah tersebut bisa dianggap bersinonim satu sama lain. Hal ini mengingat bahwa nusa dan dwipa sama-sama berarti “pulau” dalam bahasa Jawa Kuna. Namun, nusa lebih mencerminkan pengaruh rumpun bahasa Austronesia atau bahasa-bahasa lokal wilayah Asia Tenggara hingga Pasifik, sedangkan dwipa mencerminkan pengaruh bahasa Sanskerta dari Semenanjung Anakbenua India. Makna Dwipantara dalam Prasasti Camunda pun rasanya sepadan pula dengan cakupan kewilayahan yang dikandung Nusantara dalam Nagarakretagama. Dwipantara dalam Prasasti Camunda menggambarkan kawasan pengaruh luas di Asia Tenggara yang dimiliki Singasari selama dipimpin Maharaja Kertanegara, sebagai hasil rangkaian ekspedisi militer ke Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Semenanjung Malaya, juga aliansi dengan pihak Campa. YOSEF KELIK (Peneliti Museum Ullen Sentalu) Referensi: Linde, Herald van der. (2024). Majapahit: Intrigue, Betrayal and War in Indonesia’s Greatest Empire. Melton Mowbray: Moonsoon Books Muljana, Slamet. (2011, Cetakan V). Tafsir Sejarah Nagarakretagama. Yogyakarta: LKiS Prapanca, Mpu. (2019, Edisi Revisi HC), Kakawin Nagarakertagama (Damaika Saktiani dkk, Penerjemah). Yogyakarta: NARASI Prapanca, Mpu. (2017). Desawarnana: Saduran Kakawin Nagarakertagama untuk Bacaan Remaja (Mien Ahmad Rifai, Penyadur). Depok: Komunitas Bambu.
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
January 2025
Categories |