5. Ada Beberapa Sekuen Dramatis ala James Bond dan Game of Thrones
Perihal bertutur, Herald mengaku terinspirasi oleh sajian berbagai adegan aksi dramatis dalam banyak film aksi franchise James Bond juga serial Game of Thrones. Film-film bertabur adegan aksi dramatis, termasuk muncul sebagai intro di menit awal, yang dimaksudkan untuk membetot atensi penonton. Herald pun mengadopsi pendekatan dengan menghadirkan banyak adegan dramatis dalam narasi buku Majapahit. Salah satu yang digunakan adalah kisah sebelum era Majapahit, pada penghujung era Kerajaan Singosari, ketika Raja Kertanegara murka saat menerima Meng Chi, utusan Kubilai Khan. Kertanegara diminta mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol. Sang utusan dilukai dengan dipotong telinganya atas titah Raja Kertanegara. Insiden tersebut memicu Kublai Khan mengirim puluhan ribu tentara menyerbu Jawa sebagai misi pembalasan. Contoh lain dari sekuen sejarah yang Herald kisahkan berupa adegan bunuh membunuh seperti adegan film aksi adalah suksesi takhta di Tumapel atau Singhasari. Terutama mulai era Arok hingga berkuasanya Wisnuwardhana dan Narasinghamurti. Herald bahkan memilih judul sebagai Game of Thrones. 6. Cerdik dalam Menyajikan Data Buku sejarah naratif tetap butuh menampilkan berbagai data historis. Data-data demikian merupakan penguat narasi, bukti penanda bahwa paparan bukan bualan. Namun, supaya penuturan suatu buku sejarah tetap terjaga, penyajian data mesti cerdik. Karena bentuk penyajian data pada tulisan sejarah akademik sering menjadikan narasi terasa monoton. Herald secara umum menyajikan data historis di narasi dalam tiga macam teknik. Pertama, untuk data faktual, didukung bukti kuat, atau tak terbantahkan, maka data historis bisa muncul langsung dalam narasi. Kedua, untuk data yang masih teori atau perdebatan, maka Herald akan menyisipkan sebagai dialog dalam narasi atau menjadi bagian perbincangan beberapa tokoh. Ketiga, data-data dapat ditaruh sebagai endnotes, terutama data uraian panjang atau rujukan pustaka. Buku Majapahit-nya Herald dilengkapi 562 endnotes. 7. Mengenali Waktu Menulis Terbaik dan Mengoptimalkannya Menurut Herald, penulis buku wajib bisa memetakan waktu terbaik kerja menulisnya. Tujuannya agar produktif kerja kepenulisannya, ada penambahan jumlah halaman yang ditulis signifikan, juga berbagai koreksi perbaikan tulisan dapat berlangsung lancar. Herald lebih menyukai menulis naskah bukunya pada akhir pekan atau hari libur. Ia akan bisa menulis dari pagi hingga malam dan mengerjakannya di luar waktu berkantor. Herald setengah bercanda berujar, ia lebih produktif lagi menulis ketika pada akhir pekan istrinya keluar rumah untuk acara meet up, seperti menemui teman. Herald beruntung memiliki atasan yang mendukung aktivitasnya dalam kepenulisan. Pimpinan di kantornya Herald membolehkannya untuk sesekali mengambali cuti bila hendak mengerjakan penulisan buku, asalkan telah menyelesaikan urusan kantor yang menjadi tanggung jawab utamanya. Namun, hal semacam ini tentu privilige untuk person seperti Herald yang sudah mencapai level pejabat pada bidang bankir sekaligus analis investasi senior. 8. Rajin Berdiskusi dan Sebaiknya Ada Pula Penasehat Terpercaya Herald dalam Ullen Sinau Jumpa Pakar: “Menghidupkan Kembali” Singhasari dan Majapahit menggaris bawahi perlunya berdiskusi dalam kerja penulisan buku sejarah naratif. Diskusi muatan kesejarahan maupun detail narasi bermanfaat untuk memperkaya narasi. Herald secara khusus menyebut dua orang penasehat terpercaya dan terdekatnya selama menulis buku Majapahit. Mereka kebetulan ikut hadir dalam acara 17 April 2025 silam, yaitu Teni, istrinya, serta Dwi Cahyono, arkeolog dan sejarawan asal Malang. Herald menyebut Dwi Cahyono sebagai mitra diskusi hal detail kesejarahan dalam proses penulisan buku Majapahit. Dwi pun menjadi teman yang mendampingi Herald mengunjungi berbagai situs bersejarah. Sedang sang istri, yang sesekali ikut menemani kunjungan lapangan, dipuji Herald memiliki andil dalam visualisasi naratif. Contoh sisipan kicauan burung ataupun penggambaran pepohonan di sekeliling situs. Hal demikian jarang disebutkan dalam beberapa kitab kuno. Sampai akhirnya mendengar cetusan masukan istrinya, Herald pun tak selalu langsung punya ide awal untuk menghadirkan deskripsi demikian ke dalam narasi buku. Dalam diskusi maupun dalam buku Majapahit, kita bisa mendapati beberapa pihak yang menjadi mitra diskusi Herald selama proses penulisan buku. Beberapa nama pakar sejarah terlibat adalah William Darlymple, Lydia Kieven, Adrian Vickers, Jarrah Sastrawan, Lesley S. Pullen, juga mendiang Hadi Sidomulyo. [Penulis: Yosef Kelik (Tim Riset Museum Ullen Sentalu)]
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
July 2025
Categories |