ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Transportasi di Pulau Jawa dari Masa ke Masa (Bag.1): Ketika Raja Menunggang Gajah dan Gerobak Berpenarik Kerbau

19/8/2022

0 Comments

 
Picture
​Sebelum abad XIX, jangan bayangkan kita bisa bepergian secepat sekarang. Waktu itu, bukan hanya masalah jalan raya yang belum ada tetapi moda transportasi juga masih sangat terbatas. Mengacu pada tinggalan prasasti abad V hingga abad XV Masehi, sebagian besar masyarakat Jawa Kuna masih berjalan kaki dan menggunakan perahu untuk bepergian. Sementara  penguasa atau raja menggunakan gajah dan kuda sebagai tunggangan-nya. Kedua hewan ini bahkan digunakan sebagai simbol legitimasi raja sehingga terkadang disejajarkan dengan kendaraan dewa. Contohnya Prasasti Kebon Kopi yang ditemukan di Bogor (abad V) yang menyebutkan gajah penguasa Taruma seperti gajah Airawata milik Dewa Indra. 
Selain gajah, kuda juga populer sebagai kendaraan raja. Dengan rancangan yang sedemikian rupa, kuda didesain untuk menarik kereta atau kemudian disebut kereta kuda. Pada masa Jawa Kuna, kendaraan ini tidak hanya untuk mobilitas sehari-hari raja tetapi juga untuk berperang. Contohnya dalam Prasasti Pucangan (1041) disebutkan bahwa Raja Airlangga menghancurkan (musuh) di atas kereta perang dengan kemasyhuran ketika berperang. Namun dalam iring-iringan rombongan kerajaan, kereta kuda tidak hanya digunakan raja.  Sejarawan Slamet Mulyana dalam  Tafsir Sejarah Negarakrtagama (2006) menyebutkan bahwa iring-iringan rombongan raja dimulai dari pedati di depan dan belakang rombongan, prajurit keraton yang berjalan kaki di bagian tengah, dilanjutkan oleh kereta mentri patih amangkubumi, kereta keluarga raja (Bhre Pajang, Lasem, Daha, dan  Jiwana), dan kereta Raja Hayam Wuruk (Sri Nata Wilwatikta). Unsur pembeda kereta raja dengan kereta patih atau keluarga raja terlihat dari prajurit pengiring Janggala Kediri, panglarang, dan sedah bhayangkari yang mengelilingi kereta raja dengan naik gajah dan kuda.
​
Hadirnya kendaraan pedati atau gerobak yang disebutkan di atas mengindikasi moda transportasi ini masih merupakan bagian kehidupan istana. Menariknya, gerobak pada masa itu bukan ditarik sapi, tetapi ditarik oleh kerbau karena sapi dianggap kendaraan dewa. Berdasarkan Prasasti Wurandungan (948), moda transportasi ini bukan digunakan untuk membawa manusia tetapi hanya digunakan untuk mengangkut barang-barang perdagangan. Oleh karena para pedagang di masa Jawa Kuna umumnya memelihara kerbau cukup banyak, bahkan sampai 20 ekor. (BERSAMBUNG)
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    October 2025
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak