ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Transportasi di Pulau Jawa dari Masa ke Masa (Bag.2): Ketika Raja Bergaya Memakai Kereta Kencana Berpenarik Delapan Kuda Australia

26/8/2022

0 Comments

 
Pada periode kerajaan Islam (sekitar abad XV), bisa dikatakan Jawa mengalami perkembangan moda transportasi. Moda transportasi air seperti perahu, dan kapal masih banyak digunakan. Bahkan di wilayah pesisir, mulai berkembang model kapal besar seperti jung untuk mendukung mobilitas barang ataupun orang.
Picture
Jung si kapal besar tadi tidak hanya digunakan untuk pelayaran antar pulau, tetapi juga digunakan untuk berperang. Sejarawan H.J. de Graaf dalam Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung (1990), menyebutkan putri Raja Demak bernama Ratu Kalinyamat, melakukan serangan kepada Portugis di Malaka dengan 40 kapal perang dan sekitar 5.000 orang prajurit pada tahun 1511. Ia juga melakukan serangan ke-2 pada tahun 1574, dengan 300 kapal dan 15.000 prajurit. Serangan Ratu Kalinyamat ini membuat Portugis takut dan jera sehingga Pulau Jawa terbebas dari penjajahan Portugis. Sekelumit kisah ini membuktikan bahwa masyarakat Jawa abad XVI memiliki kemampuan maritim yang setara bangsa-bangsa lain di Dunia.
Penggunaan moda transportasi air baik di sungai dan laut berlangsung hingga periode Mataram Islam. Darsiti Soeratman dalam Kehidupan Dunia Kraton Surakarta, 1830-1930 (1989) menyebutkan bahwa penjemputan putri Madura (kelak Permaisuri Sunan Pakubuwono VII) oleh wakil-wakil keraton Surakarta dilakukan memakai kapal menyusuri Bengawan Solo. Soeratman (1989) juga mencatat kapal besar yang digunakan untuk tempat pengantin wanita saat itu bernama Kapal Rajamala. Dalam penjemputan ini, Kapal Rajamala diiringi perahu-perahu yang dihias sehingga perjalanan menjadi megah dan semarak.

Selain moda transportasi air, kereta kuda di periode Mataram juga mengalami perkembangan. Kereta kuda yang diminati raja-raja Mataram bukan lagi buatan lokal, tetapi kereta kuda buatan Eropa yang pemesanannya memakan waktu 1-2 tahun. Contohnya kereta kebesaran Garudhakencana di Keraton Surakarta yang dipesan Sunan Pakubuwana VII dari pabrik M.L. Hermans di s-Gravenhage, Belanda. Kereta itu seharga f 30.000 atau sekitar 400an juta rupiah sekarang (Soeratman 1989:151).
​
Meski tergolong mahal, harga ini terbayar dengan kewibawaan, kekuasaan, dan kekayaan raja yang diakui rakyatnya. Legitimasi raja seperti ini semakin kuat karena sesuai aturan keraton, kereta raja umumnya juga ditarik 8 ekor kuda. Jumlah kuda ini lebih banyak dibanding jumlah kuda yang digunakan untuk menarik kereta keluarga keraton lainnya. Kuda yang digunakan pun bukan kuda lokal, tetapi kuda yang didatangkan langsung dari Australia (Soeratman 1989:164). Dengan demikian legitimasi kekuasaan berwujud bendawi masih berlangsung hingga periode ini. (BERSAMBUNG)
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    October 2025
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak