Bicara tentang Kaliurang sebagai kawasan wisata berhawa sejuk di lereng selatan Gunung Merapi, sejarah singkat keberadaan awalnya dicatat oleh L.F. Dingermans dalam Gegevens over Djokjakarta (1925). Menurut Dingermans, pengembangan Kaliurang sebagai destinasi tetirah yang memiliki banyak vila berlangsung sejak tahun 1920-an, pada masa jabatan Residen Canne. Hal itu merupakan kelanjutan dari penutupan perkebunan nila yang sebelumnya memang menggunakan lahan di sekitar Pakem.
Pada masa jabatan Residen Jonquiere, pengganti Residen Canne, lantas ditetapkan beberapa petak lahan di Kaliurang sebagai tanah bebas atau vrijdomein untuk pembangunan lebih lanjut. Beriringan dengan itu, Jonquiere juga meminta Jawatan Penyelidikan Bagian Vulkanologi untuk menyelidiki potensi bencana erupsi Merapi untuk memastikan keamanan wilayah Kaliurang. Sebagai pendukungnya, Pemerintah Kolonial Belanda melalui Dienst Sultanaatweken memperbaiki jalan menuju Kaliurang pada 1923. Bahkan di tahun yang sama, layanan bus dari Yogyakarta ke Kaliurang juga dibuka. Layanan bus rutin menjadi sarana transportasi utama antara Jogja dan Kaliurang sampai sekitar 80 tahun. Satu yang legendaris adalah armada bus Baker yang melayani rute tersebut selama sekitar setengah abad lebih, yaitu dari tahun 1950 hingga awal 2000-an. Baker sendiri adalah perusahaan otobus yang didirikan oleh H. M. Digdosudarto. Jenama Baker adalah suatu akronim dari “Badan Angkutan Kerjasama Ekonomi Rakyat”. Sejak medio dekade I abad XXI, bus Baker dan angkudes yang lazim disebut colt tak lagi menjadi sarana angkutan utama rute Jogja-Kaliurang. Mereka kalah dari kendaraan-kendaraan pribadi berupa sepeda motor maupun mobil yang jumlahnya kian banyak. Kembali membahas soal Jakal alias Jalan Kaliurang, jalur yang sempat ramai dihilirmudiki bus-bus Baker maupun angkudes colt Kaliurangan ini ternyata merupakan penamaan baru yang disematkan setelah Indonesia memasuki zaman Merdeka. Pada masa Kolonial Belanda dan bahkan sampai awal Kemerdekaan, Jalan Kaliurang masih menyandang nama Pakemweg alias Jalan Pakem. Penamaan lama tersebut tak lepas dari sejarah bahwa awalnya jalan raya tersebut sebatas sampai Pakem, dan baru diperpanjang dan ditingkatkan mutu jalannya sampai ke Kaliurang pada saat Kaliurang dijadikan destinasi tetirah pada tahun 1920-an. Peta Kota Yogyakarta pada 1930-an memang mencantumkan nama Pakemweg dan yang termasuk Pakemweg pada peta lawas era Kolonial itu bukan hanya penggal yang sekarang menyandang nama resmi Jalan Kaliurang. Pakemweg mencakup ruas jalan yang saat ini dinamai Jalan Persatuan (ruas yang membelah Kompleks Kampus UGM, tepatnya di sebelah barat Balairung UGM dan Grha Sabha Pramana sekarang); serta Jalan C Simanjuntak (ruas yang terentang mulai dari toserba Mirota/Manna Kampus sampai Simpang Gondolayu). Hal menarik dari Jalan Kaliurang adalah penulisan alamat sepanjang jalan tersebut menurut angka kilometernya. Jika diamati, agaknya tidak ada yang mencantumkan alamat di bawah angka KM 4 (kilometer empat). Tidak adanya alamat KM 1 - KM 3 di Jalan Kaliurang karena pengukuran KM 0 (kilometer nolnya) adalah Kilometer Nol Jogja alias Perempatan Kantor Pos Besar. (Restu A Rahayuningsih & Yosef Kelik) Referensi: Dingemans, L.F. 1925. Gegevens over Djokjakarta. Magelang: Firma Maresch. Gill, R.G. 1995. De Indische Stad op Java en Madura: Een Morfologische Studie van Haar Ontwikkeling (1995). Delft: Publikatieburo Bouwkunde, Technische Universiteit Delft.
1 Comment
Faiz Rahmatullah N
4/5/2023 04:27:24 pm
Terimakasih telah "mengarsipkan" kaliurang dengan sumber bacaan yang menurut saya sangat baik dan komprehensif, apalagi referensi yang dipakai bahasa belanda dan untuk mengakses cukup sulit, terimakasih sekali lagi.
Reply
Leave a Reply. |
Archives
January 2025
Categories |