Kata “kemis" yang menjadi asal dari “mengemis” bersumber dari kebiasaan seorang raja Surakarta yang senang melakukan sawer uang logam setiap hari Kamis di sepanjang jalan yang beliau lewati dengan kereta kencananya. Raja tersebut adalah Susuhunan Pakubuwana X, raja Surakarta yg bertakhta 1893-1939. Setiap hari Kamis, rakyat Surakarta akan menunggu lewatnya iring-iringan kereta Pakubuwa X untuk mengharap berkah dari pemberian raja.
Wajah kecewa akan terlihat bila ternyata kereta istana Mangkunegaran yang lewat. Ini karena Pangeran Adiipati Mangkunegara VII tidak biasa melakukan sawer uang sepanjang jalan raya yang dilewatinya. Demikian Gusti Nurul, putri Mangkunegara VII, berbagi ingatannya kepada Tim Riset Museum Ullen Sentalu pada 2002 silam. Susuhunan Pakubuwana X sejatinya tidak bermaksud membuat rakyat meminta minta (mengemis) seperti arti kata “mengemis” kini. Tindakan raja membagikan koin setiap Kamis sebenarnya dimaksudkan agar rakyat tersugesti untuk dapat berdaya upaya melalui iringan doa restu berkah sang raja. Konon, segala hal yg sudah disentuh raja diyakini bakal jadi bertuah mendatangkan kebaikan. Contohnya ya koin koin yg disebar tersebut dengan harapan rakyatnya akan sukses berbisnis juga kecukupan kebutuhan hidupnya. Bukan sekadar tindakan meminta minta kepada orang lain karena males berusaha dan bekerja. Yang dilakukan Susuhunan Pakubuwana X tersebut lebih merupakan tindakan memotivasi dan memberi stimulan untuk bergerak, bukan mengak masyarakat untuk duduk diam menanti orang memberi harta. (Isti Yunaida, Humas dan Edukator Museum Ullen Sentalu) Sumber :
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
January 2025
Categories |