ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Habis Gelap Terbitlah Terang: Contoh Buku yang Lebih Banyak Dihafal Judulnya Ketimbang Dibaca

2/5/2024

1 Comment

 
Picture
Habis Gelap Terbitlah Terang, buku kumpulan surat-surat Raden Ayu Kartini, dimasukkan majalah TEMPO menjadi satu di antara “100 Teks Terbitan Mulai 1908 yang Berpengaruh kepada Gagasan Kebangsaan Indonesia”.  TEMPO memuatnya dalam Edisi Khusus Kebangkitan Nasional 1908-2008: Indonesia yang Kuimpikan, 100 Catatan yang Merekam Perjalanan Sebuah Negeri, yang beredar perdana sebagai majalah pada 19-25 Mei 2008, sebagai bagian peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional.
Dalam list 100 teks yang disusun TEMPO dengan pertimbangan sejumlah pakar itu, Habis Gelap Terbitlah Terang menempati urutan 71. List 100 teks tersebut memuat pula antara lain Demokrasi Kita dan Mendajung Antara Dua Karang karya Mohammad Hatta, Di Bawah Bendera Revolusi karya Sukarno, Massa Actie dan Madilog karya Tan Malaka, 11 jilid Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia karya AH Nasution, Nationalism and Revolutions in Indonesia  karya George McTurnan Kahin, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia karya Koentjaraningrat, Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono Kartodirdjo, 4 jilid novel Tetrologi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer, serta artikel “Als Ik Eens Nederlander Was” (“Seandainya Aku Seorang Belanda”) karya Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hadjar Dewantara. Alasan TEMPO memasukkan Habis Gelap Terbitlah Terang bergabung dengan teks-teks penting tadi. Isi surat-surat Kartini sarat muatan positif dan progresif: mengajarkan gairah tinggi menuntut ilmu setinggi mungkin, kritis terhadap sepak terjang diskriminatif Kolonial Belanda terhadap orang-orang pribumi, kritis kepada budaya aristokratik yang mengekang, mendokumentasikan kehidupan rakyat yang masih terbelakang pada peralihan abad XIX ke awal abad XX, menyuarakan visi peningkatan atas pengajaran untuk kaum perempuan sebagai bagian pula dari peningkatan martabat bangsa.

Judul buku Habis Gelap Terbitlah Terang sering menggema dalam ruang-ruang kelas sekolah-sekolah se-Indonesia. Ia langganan pula menjadi bagian soal tes untuk para murid. Bahkan kita menemukannya dikutip dan meluncur dari bibir pejabat yang berpidato atau oleh pembawa acara yang tengah memandu perhelatan. Terlebih jika semuanya masih ada kaitannya dengan peringatan-peringatan seputar emansipasi perempuan, contohnya saja Hari Ibu, Hari Perempuan Sedunia, dan tentunya Hari Kartini.

Sayangnya, memori tentang Habis Gelap Terbitlah Terang tak banyak beranjak sebagai suatu hafalan hanya buku kumpulan surat-surat Kartini dan minim dibarengi tindakan nyata untuk sepenuhnya mengenal hal-hal substansial di dalamnya. Jarang ada suatu kebijakan serius, sistematis dan berkesinambungan dari otoritas pendidikan Indonesia, maupun berbagai sekolah serta perguruan tinggi negara ini untuk mengarahkan para murid dan mahasiswa membaca Habis Gelap Terbitlah Terang. Mereka seharusnya dapat menyerap pengetahuan langsung dari kumpulan surat itu, khususnya dalam hal gagasan emansipasi perempuan serta kritik kepada praktik ketidakadilan dalam kolonialisme.   

Jajak Pendapat
Seputar pengalaman membaca buku-buku kumpulan surat Kartini, penulis membuat jajak pendapat sederhana selama 24 jam pada 19-20 April 2024 via akun pribadi di media sosial X, @sefkelik.  Jajak pendapat tadi berhasil menggaet 105 peserta. Dari jumlah itu, 10 persen menyatakan pernah membaca hingga khatam; 17 persen menyatakan pernah membaca, tapi tidak khatam; 59 persen menyatakan belum pernah membaca; 14 persen menyatakan tidak tertarik untuk membaca Habis Gelap Terbitlah Terang maupun buku kumpulan surat Kartini sejenisnya. Hasil tadi menunjukkan penetrasi keterbacaan buku-buku kumpulan surat Kartini mentok di kisaran angka 27 persen. Gabungan dari mereka yang belum atau bahkan sama sekali tidak tertarik membaca buku demikian jumlahnya 73 persen.

Di samping jajak pendapat media sosial X tadi, Museum Ullen Sentalu pernah menanyai acak beberapa mahasiswadi Jogja tentang pengalaman membaca buku kumpulan surat Kartini. Dari delapan orang responden, semua mengaku belum pernah membaca Habis Gelap Terbitlah Terang dan sejenisnya. Mereka sebatas mengaku tahu judul bukunya, yakni Habis Gelap Terbitlah Terang.

Ini menunjukkan bahwa bagi banyak orang Indonesia, Habis Gelap Terbitlah Terang baru sebatas diingat dan dihafal judulnya, belum banyak yang sungguh membaca isi bukunya. Fenomena yang terjadi pada Habis Gelap Terbitlah Terang bukannya tidak mungkin dialami banyak buku dan teks penting lain yang sejatinya memiliki muatan bagus bagi pembentukan karakter bangsa. (Yosef Kelik, Periset di Museum Ullen Sentalu)
1 Comment
reyhan link
8/8/2024 03:10:28 pm

thanks a lot of information keren

Reply



Leave a Reply.

    Archives

    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak