ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Jejak Sultan Hamengkubuwana VIII dalam Seni Tari, Lambang Kasultanan, serta Sonobudoyo

16/6/2023

0 Comments

 
Picture
Putra-putri keraton memiliki kebiasan menari. Berprakarsa untuk terus melestarikan tradisi tadi, sekaligus untuk menunjukan legitimasinya, Sultan Hamengkubuwana VIII menciptakan beberapa tarian. Tarian yang mucul pada era Sultan Hamengkubuwana VIII. Di antaranya adalah Tari Beksan Srimpi Layu-Layu, Beksan Gathutkaca-Suteja, Bedaya Gandrung Manis, Bedaya Kuwung-Kuwung, dan Tari Golek.
Pada zaman sebelum kemerdekaan, pusat kesenian dan kebudayan berkiblat di keraton. Tak heran banyak sekali kebudayaan maupun kesenian dari keraton yang disebarkan di luar keraton. Namun ada hal yang menarik pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana VIII yang memobilisasi kesenian luar keraton ke dalam tembok keraton. Merujuk isi Ensiklopedi Kraton Yogyakarta yang diterbitkan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2009, Tari Golek awalnya berasal dari luar tembok keraton dan diperkirakan masuk ke dalam lingkungan kraton pada masa Sultan Hamengkubuwana VIII. Tari Golek saat di luar keraton diperagakan oleh waranggana, tetapi setelah masuk keraton diperankan oleh laki-laki. Ini karena penari putri di keraton hanya boleh membawakan Tari Bedhaya atau Serimpi saja.

Selanjutnya adalah kesenian Wayang Wong yang diciptakan oleh Sultan Hamengkubuwana I sekitar tahun 1750-an. Seni ini kembali kembali berjaya pada masa Sultan Hamengku Buwono VIII.  Masih merujuk dari Ensiklopedi Kraton Yoyakarta, pementasann wayang wong pada era Sultan Hamengkubuwana VIII digelar selama tiga hari tiga malam. Dari pementasan tersebut menggambarkan kepedulian sultan pada kesenian maupun kebudayaan lainnya, maka tak heran pada periode Sultan Hamengkubuwana VIII menjadi masa emas dari wayang wong.

Lambang keraton Kasultanan Yogyakarta kini menjadi suatu cenderamata akan diburu wisatawan baik dalam wujid stiker, gantungan kunci, bahkan kaos bergambar. Lambang tersebut yang sudah menjadi ciri khas Kasultanan Yogyakarta. Lambang benama asli Praja Cihna ini adalah ciptaan Sultan Hamengkubuwana VIII. Turut dilibatkan dalam proses kreasinya adalah menantu Sultan Hamengkubuwana VII, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Yosodipuro pada tahun 1921 (Ensiklopedia Kraton). Setidaknya dari lambang Praja Cihna ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Sultan Hamengkubuwana VIII mempunyai selera seni yang tinggi dan dapat diterima masyarakat luas karena lambang Keraton Jogja eksis hingga sekarang.

Kecintaan Sultan Hamengkubuwana VIII terhadap dunia kebudayaan juga tak perlu diragukan. Untuk menunjukan bagaimana kepedulian sultan dapat terlihat dari pembukaan Museum Sonobudoyo milik Java Instituut di sekitar keraton pada 6 November 1935. Selanjutnya dalam pelestarian Budaya Jawa, sultan turut menginisiasi kursus dalang pada 1925 bernama Habiranda yang merupakan singkatan dari hawurani biwara rancangan dalang.

Kecintaan terhadan seni dan budaya merupakan sebuah keharusan bagi seorang raja. Namun, tidak semua raja bisa menjadikan seni dan budaya menjadi hidup. Sultan Hamengkubuwana VIII berhasil menghidupkan seni serta kebudayaan dengan nyawa yang senantiasa terjaga. (Rahmat Fajar Hidayat/Mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro/Magang di Museum Ullen Sentalu, April-Mei 2023)
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak