Mengutip terjemahan pupuh 12 bait 4 dari Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagara Kertagama (2011:345), Gajah Mada disebut sebagai seorang menteri senior pemberani, bijaksana, dan setia bakti pada negara. Ia fasih bicara, teguh tangkas, tenang tegas, cerdik dan jujur. Gajah Mada adalah tangan kanan maharaja dalam menggerakkan roda negara.
Nukilan terjemahan pupuh di atas menunjukkan bahwa Gajah Mada dipilih sebagai mahapatih atas dasar kelayakan dan kepatutan yang distandarkan oleh raja Majapahit. Sikap positif Gajah Mada yang telah disebutkan menjadi dasar Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350) memilihnya. Sesuai pupuh 3 bait 1, Sang Ratu dicatat memegang pemerintahan didampingi suaminya, Bhre Singasari Sri Kertawardhana. Keduanya teguh beriman Budha untuk menyejahterakan negeri. Tugas Mahapatih Gajah Mada tentu terkait dengan visi tersebut. Pupuh 49 bait 1 Nagarakretagama menyebutkan kiprah Mahapatih Gajah Mada dalam menumpas pemberontakan Sadeng dan Keta. Tugas tersebut berhasil dijalankan oleh Gajah Mada hingga mendapat anugrah jabatan patih amangkubhumi, menggantikan Mahapatih Arya Tadah pada tahun 1334. Kisah heroik Gajah Mada dalam berbagai tugas penyelamatan negara cukup menggambarkan kapabilitasnya lulus uji kelayakan sebagai patih raja. Pupuh 63 bait 1-3 Nagarakretagama mengungkap Gajah Mada sebagai pribadi yang konsisten dan bertanggung jawab pada tugas di lingkungan istana. Diceritakan adegan ketika Gajah Mada dengan santun menyampaikan perintah Sri Tribuwana Wijayatunggadewi di hadapan raja dan para pejabat istana agar diselenggarakan upacara penghormatan kepada Sri Rajapatni pada 1362 Masehi. Saat itu Gajah Mada menjabat Patih Amangkubhumi era pemerintahan Sri Rajasanagara Dyah Hayam Wuruk (1350-1389), putra Ratu Tribhuwana. Ia berpesan agar suatu kewajiban segera diusahakan, jangan ditunda dan diabaikan. Bahkan untuk acara ini, semua pembesar dan wredamenteri diharapkan memberikan sumbangannya. Pupuh 13 hingga 15 mencatat 95 wilayah taklukan maupun wilayah pengaruh geopolitik Majapahit menjadi bukti keberhasilan ekspansi Mahapatih Gajah Mada dan Laksamana Mpu Nala di Nusantara atau Kepulauan Asia Tenggara. Pada era Rajasanagara, Majapahit mencapai kejayaannya dengan Gajah Mada sebagai patih. Posisi Gajah Mada tak tergantikan di hati maharaja Rajasanagara dan keluarganya. Terungkap pada Pupuh 70 dan 71 Nagarakretagama. Pupuh 70 bait 3 menceritakan kesedihan raja saat Sang Adimenteri sakit pada tahun 1360an. Pupuh 71 bait 1, menceritakan kesedihan raja dan keluarganya kala Mahapatih Gajah Mada meninggal setelah mengabdi selama 33 tahun pada 1364. Dalam pupuh tersebut diceritakan kondisi raja yang gundah, terharu, bahkan putus asa. Karena ditinggal Gajah Mada yang luhur budinya dan menyayangi seluruh negeri tidak pandang bulu. Ia pun selalu beramal setiap hari karena baginya hidup tidak kekal. Peran Gajah Mada yang besar juga membuat lembaga Permufakatan Para Baginda Raja (Pahöm Narēndra) kacau dan putus asa mencari pengganti. Pupuh 71 bait 3 menyebut setelah melalui pertimbangan mendalam, Maharaja yakin tak akan ada pengganti setara Sang Adimenteri Gajah Mada. Sang Rajadiraja mengatakan bahwa betapa pun sulit keadaan dalam negeri akan ia tanggung. Pupuh 72 bait 1 ditulis bahwa maharaja memilih mengangkat enam menteri senior yang dipercaya sangat mumpuni. Mereka dimaksudkan maharaja untuk dapat mengambil alih berbagai tugas yang diampu oleh mahapatih Gajah Mada seorang. Putusan tersebut disetujui oleh para anggota Pahöm Narēndra dalam rapat tertutup. Bait-bait selanjutnya dari pupuh 72 Nagarakregama merincikan enam menteri senior terpilih. Pertama, Sang Arya Atmaraja Mpu Tandi yang dipercaya sebagai wredamenteri atau penasihat utama maharaja. Kedua, Sang Arya Wiramandalika Mpu Nala sebagai panglima pasukan perang sekaligus Tumenggung Mancanegara. Ia bertugas menangani berbagai wilayah vazal yang jauh dari ibukota atau bahkan di Luar Jawa. Ketiga dan ke empat adalah menteri senior yang membantu maharaja untuk segala urusan hukum. Kelima, Pati Dami adalah menteri muda untuk urusan penanganan internal istana. Terakhir adalah Mpu Singa sebagai patih penerus berbagai amanat putusan Maharaja. RESTU A RAHAYUNINGSIH (Peneliti Museum Ullen Sentalu)
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
January 2025
Categories |