ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Sang Gajah Mada dalam Nagarakretagama

22/11/2024

0 Comments

 
Merujuk tuturan kitab Desawarnana atau lebih dikenal sebagai Nagarakretagama, Tarikh Masehi 1331 adalah tahun yang perlu di-highlight dalam sejarah eksistensi Kemaharajaan Majapahit. Pada tahun tersebut, Gajah Mada terpilih untuk menempati jabatan patih amangkubhumi atau mahapatih. Memiliki jabatan setara perdana menteri dalam sistem politik negara modern masa kini, Gajah Mada merupakan kepala pemerintahan negeri Majapahit, juga koordinator para patih di semua negeri vazal. 
Picture
Mengutip terjemahan pupuh 12 bait 4 dari Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagara Kertagama (2011:345), Gajah Mada disebut sebagai seorang menteri senior pemberani, bijaksana, dan setia bakti pada negara. Ia fasih bicara, teguh tangkas, tenang tegas, cerdik dan jujur. Gajah Mada adalah tangan kanan maharaja dalam menggerakkan roda negara.

Nukilan terjemahan pupuh di atas menunjukkan bahwa Gajah Mada dipilih sebagai mahapatih atas dasar kelayakan dan kepatutan yang distandarkan oleh raja Majapahit. Sikap positif Gajah Mada yang telah disebutkan menjadi dasar Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350) memilihnya. Sesuai pupuh 3 bait 1, Sang Ratu dicatat memegang pemerintahan didampingi suaminya, Bhre Singasari Sri Kertawardhana. Keduanya teguh beriman Budha untuk menyejahterakan negeri. Tugas Mahapatih Gajah Mada tentu terkait dengan visi tersebut.

Pupuh 49 bait 1 Nagarakretagama menyebutkan kiprah Mahapatih Gajah Mada dalam menumpas pemberontakan Sadeng dan Keta. Tugas tersebut berhasil dijalankan oleh Gajah Mada hingga mendapat anugrah jabatan patih amangkubhumi, menggantikan Mahapatih Arya Tadah pada tahun 1334.  Kisah  heroik Gajah Mada dalam berbagai tugas penyelamatan negara cukup menggambarkan kapabilitasnya lulus uji kelayakan sebagai patih raja.

Pupuh 63 bait 1-3 Nagarakretagama mengungkap Gajah Mada sebagai pribadi yang konsisten dan bertanggung jawab pada tugas di lingkungan istana. Diceritakan  adegan ketika Gajah Mada dengan santun menyampaikan perintah Sri Tribuwana Wijayatunggadewi di hadapan raja dan para pejabat istana agar diselenggarakan upacara penghormatan kepada Sri Rajapatni pada 1362 Masehi. Saat itu Gajah Mada menjabat Patih Amangkubhumi era pemerintahan Sri Rajasanagara Dyah Hayam Wuruk (1350-1389), putra Ratu Tribhuwana.  Ia berpesan agar suatu kewajiban segera diusahakan, jangan ditunda dan diabaikan. Bahkan untuk acara ini, semua pembesar dan wredamenteri diharapkan memberikan sumbangannya.
​
Pupuh 13 hingga 15 mencatat 95 wilayah taklukan maupun wilayah pengaruh geopolitik Majapahit menjadi bukti keberhasilan ekspansi Mahapatih Gajah Mada dan Laksamana Mpu Nala di Nusantara atau Kepulauan Asia Tenggara. Pada era Rajasanagara, Majapahit mencapai kejayaannya dengan Gajah Mada sebagai patih.

Posisi Gajah Mada tak tergantikan di hati maharaja Rajasanagara dan keluarganya. Terungkap  pada Pupuh 70 dan 71 Nagarakretagama. Pupuh 70 bait 3 menceritakan kesedihan raja saat Sang Adimenteri sakit pada tahun 1360an. Pupuh  71 bait 1, menceritakan kesedihan raja dan keluarganya kala Mahapatih Gajah Mada meninggal setelah mengabdi selama 33 tahun pada 1364. Dalam pupuh tersebut diceritakan kondisi raja yang gundah, terharu, bahkan putus asa. Karena ditinggal Gajah Mada yang luhur budinya dan menyayangi seluruh negeri tidak pandang bulu. Ia pun selalu beramal setiap hari karena baginya hidup tidak kekal.

Peran  Gajah Mada yang besar juga membuat lembaga Permufakatan Para Baginda Raja (Pahöm Narēndra) kacau dan putus asa mencari pengganti. Pupuh 71 bait 3 menyebut  setelah melalui pertimbangan mendalam, Maharaja yakin tak akan ada pengganti setara Sang Adimenteri Gajah Mada. Sang Rajadiraja mengatakan bahwa betapa pun sulit keadaan dalam negeri akan ia tanggung. Pupuh 72 bait 1 ditulis bahwa maharaja memilih mengangkat enam menteri senior yang dipercaya sangat mumpuni. Mereka dimaksudkan maharaja untuk dapat mengambil alih berbagai tugas yang diampu oleh mahapatih Gajah Mada seorang. Putusan tersebut disetujui oleh para anggota Pahöm Narēndra dalam rapat tertutup.

Bait-bait selanjutnya dari pupuh 72 Nagarakregama merincikan enam menteri senior terpilih. Pertama, Sang Arya Atmaraja Mpu Tandi yang dipercaya sebagai wredamenteri atau penasihat utama maharaja. Kedua, Sang Arya Wiramandalika Mpu Nala sebagai panglima pasukan perang sekaligus Tumenggung Mancanegara. Ia bertugas menangani berbagai wilayah vazal yang jauh dari ibukota atau bahkan di Luar Jawa. Ketiga dan ke empat adalah menteri senior yang membantu maharaja untuk segala urusan hukum. Kelima, Pati Dami adalah menteri muda untuk urusan penanganan internal istana. Terakhir adalah Mpu Singa sebagai patih penerus berbagai amanat putusan Maharaja. RESTU A RAHAYUNINGSIH (Peneliti Museum Ullen Sentalu)
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak