ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Sekilas Tentang Praja cihna, Lambang kraton Yogyakarta

10/6/2022

1 Comment

 
Picture
Pemahaman orang tentang istilah “Praja Cihna” mungkin tidak sepopuler pengetahuan mereka tentang lambang Kraton Yogyakarta yang kini marak dicetak sebagai kop surat, medali, ragam hias bangunan, bahkan cindera mata. Padahal, cetakan lambang kraton inilah yang sebenarnya disebut “Praja Cihna”. 
Sebagai lambang suatu kerajaan atau negara, Praja Cihna terdiri dari kombinasi atribut yang syarat dengan filosofis. Mahkota (songkok) melambangkan watak ksatria atau sifat seorang raja. Sumping atau perhiasan yang diselipkan di atas telinga, melambangkan perlindungan untuk keselamatan kraton. Sorot cahaya (praba) melambangkan pribadi yang dapat menegakkan kehormatan Jawa, Mataram. Sayap (lar) melambangkan cita-cita tinggi. Tameng melambangkan keberanian yang tanpa meninggalkan kewaspadaan untuk membela kebenaran. Aksara Jawa “Ha” - “Ba” merupakan singkatan dari gelar Sultan Hamengku Buwono yang bertakhta di Kasultanan Yogyakarta. Bunga Padma (sekar padma) melambangkan kehidupan dunia yang mendasari kehidupan akhirat. Tumbuhan Sulur (laler) melambangkan kehidupan berkelanjutan laksana sulur yang terus menerus tumbuh merambat. Warna merah melambangkan keberanian dan warna keemasan melambangkan keagungan.

Selain sebagai lambang Kasultanan Yogyakarta, Praja Cihna juga sebagai lambang pribadi sultan, atau kemudian disebut Cihnaning Pribadi. Praja Cihna jenis ini berfungsi sebagai penanda raja bertakhta sehingga dapat ditemukan pada ornamen bangunan, benda-benda kriya, bahkan peralatan makan raja. Baik sebagai lambang kasultanan maupun pribadi sultan, embrio Praja Cihna yang mendekati bentuk sekarang teridentifikasi dari hiasan dinding Bangsal Manis, Kraton Yogyakarta. Praja Cihna tersebut mengandung sengkalan memet yang berbunyi kaluwihaning yaksa salira aji. Kaluwihaning terlihat dari ukiran daun pohon kluwih yang bermakna 1, yaksa terlihat dari kemamang bermakna 5, salira atau binatang melata terlihat dari ukiran ular naga bermakna 8, dan aji terlihat dari aksara “Ha”-“Ba” bermakna 1. Berdasarkan sistem pembacaan, sengkalan tersebut menghasilkan angka tahun 1851 Saka atau 1921 Masehi. Angka tahun tersebut mengindikasikan bahwa bentuk Praja Cihna seperti sekarang mulai digunakan sejak kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939).

Menurut postingan Kraton Jogja pada 12 dan 13 Maret 2018, lambang Kasultanan Yogyakarta masih terpengaruh dengan lambang Kerajaan Belanda yang identik dengan figur dua singa, perisai, dan mahkota. Lambang seperti itu masih bertahan hingga masa kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono VII. Hal tersebut dibuktikan dengan pahatan Praja Cihna di dinding tandu atau joli Sultan Hamengku Buwono VII dari tahun 1877. Pahatan tersebut menggambarkan stilasi alfabet H & B VII di bagian tengah pahatan lambang Kerajaan Belanda. Namun, Cihnaning Pribadi Sultan Hamengku Buwono VII masih menggunakan angka romawi H & B VII yang dibingkai dalam hiasan padi dan kapas, serta mahkota di bagian atasnya. Bentuk seperti ini masih dijumpai setidaknya di prasasti sisi Selatan Tugu. Bahkan Cihnaning Pribadi seperti ini masih dipakai pada awal kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono VIII, sebelum ia mengubahnya mendekati bentuk Praja Cihna Kraton Yogyakarta dengan tambahan aksara Jawa “VIII” pada sisi bagian bawah. Dengan demikian, Praja Cihna yang sekarang kita lihat sebenarnya baru muncul sekitar satu abad silam. (Restu A Rahayuningsih)
1 Comment
Kukuh
12/9/2024 08:08:35 am

Guru bahasa jawa kelas 12 saya menjelaskan tentang lambang keraton yogyakarta, ditampilkan versi yang berbeda dengan sedikit perubahan saya perhatikan ada disini lar/sayapnya berjumlah 8 sedangkan dari guru saya 10. Ternyata jumlah sayap tidak mempunyai makna yang signifikan melainkan lebih fokus dengan keberadaannya sendiri yang melambangkan cita2 tinggi, setinggi langit

Reply



Leave a Reply.

    Archives

    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak