Kain cindé dalam budaya Jawa tidak hanya memiliki satu atau dua motif saja dalam perkembangannya. Berdasarkan identifikasi Muhammad R. S. Nugraha dalam Proses Membatik Jarik dalam Naskah Bab Sinjang (2020), motif pada kain cindé ada 10 macam. ​

​Dhaup Ageng adalah padanan bahasa Jawa untuk Royal Wedding dalam bahasa Inggris. Terma demikian menunjukkan upacara pernikahan berikut pesta perayaan yang dihelat pemilik takhta kerajaan untuk anaknya. Sehingga hal wajar bila kesakralan aneka prosesi upacara maupun gebyar kemegahan dan gempita kemeriahan pesta perayaannya melampaui ukuran upacara serta pesta pernikahan masyarakat umum. 

Setelah wafatnya Mangkunegara IV dalam usia 69 tahun pada 1881, kedudukan Pangeran Adipati di Mangkunegaran beralih ke putra sekaligus ahli waris utama, yakni Raden Mas Sunito yang kemudian bernama Pangeran Adipati Haryo Prangwedana. Ia dalam catatan sejarah dikenal bergelar resmi Pangeran Adipati Mangkunegara V. 

Dalam rekam jejak panjang sekitar 12 abad menjadi bagian budaya Jawa, seni Tari Topeng tentu bersangkut paut juga dengan kehidupan para pelaku seninya. Tulisan ini berisikan cuplikan riwayat singkat empat tokoh maestro Tari Topeng dalam kurun hampir 100 tahun terakhir. Kiprah mereka menekuni seni Tari Topeng mewakili eksistensi kesenian tersebut. 

​Dewi Sekartaji, putri dari Raja Kediri, menghilang dari istana. Ia memilih berkelana dengan menyamarkan jatidirinya.
Jaka Kembang Kuning berprakarsa menjelajah negeri untuk mencari sang putri cantik tersebut. Ia berjalan hingga ke berbagai tempat jauh dari istana Kediri diantaranya Argolawu dan Pasar Temanggungan.
Di tempat lain, ada raja negeri seberang Suroteleng, bernama Klana Sewandana juga melibatkan diri dalam pencarian Dewi Sekartaji. Namun, ia membantu bukan didorong niatan tulus. Namun, justru niat jahat dan tamak Klana Sewandana agar dapat memperistri Dewi Sekartaji dengan segala cara, baik pendekatan secara halus, paksaan, hingga tipu daya. Bahkan  Klana Sewandana mengirim mata-mata untuk mencegat perjalanan Jaka Kembang Kuning dalam upaya menggagalkan pencarian sang putri agar pihaknya menjadi satu-satunya yang berhasil menemukan Sekartaji.

Pada tengah tahun 1896, Jawa dikunjungi Raja Chulalongkorn atau Rama V, penguasa negeri Siam yang kini lebih dikenal sebagai Thailand. Sebelumnya, raja telah berkunjung ke Jawa pada 1871, namun hanya 10 hari, jika dihitung dari berlabuhnya kapal Pitthayamronnayuth di Batavia pada 26 Maret hingga kembali kapal dari Semarang menuju Bangkok pada 6 April. Raja Chulalongkorn dan rombongannya hanya sempat mengunjungi Batavia dan Semarang.